Di masa Syekh Abdullah Ba ‘Abbad abad 7 H, ziarah Hud setiap tahunnya diadakan setelah selesai panen kurma. Rombongan beliau pimpin langsung. Kemudian pada masa Sayyid Syekh Abu Bakar bin Salim Al Alawi (w 992 H) musim ziarah Hud ditradisikan setiap tahunnya pada bulan Sya’ban.
Waktu
Ziarah Hud ‘alaihis salam merupakan hari libur tahunan selama 8 hari
bagi para pekerja dan petani. Biasanya, jauh-jauh hari, sebelum
datangnya waktu ziarah, mulai Jumadil Tsani banyak hal yang dilakukan
untuk persiapan berangkat ziarah. Di antaranya, mengutus para motivator
ke masjid-masjid, menjelaskan pemberangkatan ziarah dan mengulas tentang
sejarah Nabi Hud ‘alaihis salam. Hal ini dilakukan untuk memberi
motivasi pada masyarakat umum tentang pentingnya ziarah.
Tahwidah adalah lantunan pada waktu
membaca syair-syair yang memberi motivasi untuk berziarah Hud AS.
Biasanya dilakukan setelah acara maulid pada hari Rabu akhir bulan
Rajab.
Setelah selesai, jama’ah membentuk
barisan. Setiap baris terdiri dari 20 hingga 50 orang, dipimpin oleh
seorang nassyad (pemimpin pelantun suara). Mereka melantunkan
syair-syair mengikuti bacaan nassyad, seperti kalimat ‘ya Hud ya
Nabiullah.’ Beberapa hari sebelum ziarah, para pekerja, khususnya
keluarga Ba ‘Abbad, berangkat terlebih dahulu ke tempat ziarah, untuk
memperbaiki tempat yang rusak, seperti masjid, rumah dan jalanan.
Tanggal 27 Rajab, peziarah
diklasifikasikan dalam beberapa rombongan. Setiap rombongan memiliki
ketua. Tugas ketua antara lain menertibkan dan membagi tugas pada setiap
anggota rombongan.
Setelah semuanya siap, mereka berangkat
ke lokasi Makam Nabi Hud ‘alaihis salam. Masyarakat Seiyun, Shibam dan
kawasan barat Shibam berangkat pada tanggal 4 atau 5 Sya’ban. Sedangkan
penduduk Tarim dan kawasan timur Tarim berangkat pada tanggal 7 atau 9
Sya’ban.
Sebelum
berangkat, masing-masing peziarah mengadakan kesepakatan dengan pemilik
unta, tentang ongkos sewa pulang pergi. Namun sebelumnya, unta dibawa
ke tempat lapangan penawaran ongkos tunggang yang letaknya di Tarim.
Unta-unta, oleh pemiliknya dilatih untuk mampu lari
kekencang-kencangnya. Masing-masing unta yang akan ditunggangi,
pelananya dihias dengan seni dan hiasan yang berbeda satu sama lainnya.
Kemudian peziarah berangkat secara berkelompok. Setiap kelompok memiliki
penjaga yang dipilih dari sukunya masing-masing. Rombongan tidak boleh
berjalan kecuali dengan penjaganya.
Di tengah perjalanan menuju makam Nabi
Hud, banyak hal-hal yang dilakukan para peziarah. Di antaranya ziarah ke
makam-makam yang ada di sepanjang perjalanan. Mereka mengumandangkan
syair-syair yang mengandung makna tawasul kepada para arwah. Juga ketika
rombongan melewati kota dan desa, peziarah menyuarakan julukannya.
Mengingat setiap tempat kota dan desa di Hadhramaut ada julukannya
masing-masing.
Di Syi’ib Hud (lembah kecil Hud),
dibangun tempat-tempat sesuai kebutuhan peziarah selama di sana, berupa
rumah, masjid dan pasar. Setiap kabilah memiliki tempat tinggal
masing-masing yang dibangun seizin keluarga besar Ba ‘Abbad. Sebelum
ziarah ke makam Nabi Hud ‘alaihis salam, semua peziarah mandi di sungai,
dipimpin oleh ketua sukunya (Munshib, Habib atau Syekh). Setelah mandi,
peziarah berebutan ke sisi ketuanya, untuk minum air sungai yang
diambil dengan tangan ketua. Setelah mandi dan minum, mereka
melaksanakan shalat sunnah wudlu’ dua rakaat di Hashah Umar, yaitu
tempat di pinggir sungai yang biasa ditempati shalat oleh para peziarah
sehabis mandi di sungai.
Setelah shalat sunnah wudlu’, mulailah
mereka beriringan menuju makam Nabi Hud ‘alaihis salam. Di tempat antara
makam Nabi Hud ‘alaihis salam dan sungai, mereka berhenti sejenak di
sumur Taslimah. Dengan dipimpin munshib, peziarah mengumandangkan salam
kepada arwah Rasul dan Nabi serta salam kepada para Malaikat. Setelah
selesai, peziarah melanjutkan perjalanannya ke makam Hud ‘alaihis salam.
Sesampai di sana, dalam posisi berdiri di depan makam Nabi Hud, mereka
mengumandangkan salam kepada para arwah Rasul, arwah Nabi dan Malaikat.
Kemudian peziarah duduk membaca surat Hud dan ditutup dengan membaca
Surat al-Fatihah. Setelah selesai, semuanya turun ke tempat naqah, yaitu
tempat yang terletak di bawah makam nabi Hud. Mereka membaca maulid
(sejarah kelahiran dan kehidupan Nabi Muhammad SAW) dan mendengarkan
mau’idzah hasanah. Setelah itu, ritual ziarah selesai dan ditutup dengan
membaca Surat al-Fatihah.
Ziarah
Hud dilakukan selama empat hari. Setiap harinya, dua kali pagi dan
sore, dengan cara yang sama seperti di atas. Hari ke empat tanggal 11
Sya’ban adalah hari penutup (waqfah). Ziarah penutup khusus dipimpin
oleh munsib (ketua Kabilah) dari keluarga Syekh Abu Bakar bin Salim.
Di sela-sela ziarah, malam harinya, peziarah menampilkan pertunjukannya. Merka juga saling bersilaturrahim satu sama lainnya.
Setelah aktifitas ziarah selesai, para peziarah bergegas pulang ke daerahnya masing dengan tertib. Dimulai dari rombongan Keluarga Alawi, Keluarga Seiyun dan daerah barat Seiyun. Mereka berangkat pulang setelah shalat Ashar tanggal 11 Sya’ban. Sedangkan penduduk Tarim pulang esok harinya pada tanggal 12 Sya’ban. Keluarga bin Syihab dan Syeh Abu Bakar bin Salim pulang tanggal 15 Sya’ban, karena tanggal 14 Sya’ban (malam nisfu sya’ban) mereka membaca doa Sya’ban di makam Nabi Hud ‘alaihis salam.
Setelah aktifitas ziarah selesai, para peziarah bergegas pulang ke daerahnya masing dengan tertib. Dimulai dari rombongan Keluarga Alawi, Keluarga Seiyun dan daerah barat Seiyun. Mereka berangkat pulang setelah shalat Ashar tanggal 11 Sya’ban. Sedangkan penduduk Tarim pulang esok harinya pada tanggal 12 Sya’ban. Keluarga bin Syihab dan Syeh Abu Bakar bin Salim pulang tanggal 15 Sya’ban, karena tanggal 14 Sya’ban (malam nisfu sya’ban) mereka membaca doa Sya’ban di makam Nabi Hud ‘alaihis salam.
Saat pulang, para peziarah biasanya
membawa oleh-oleh untuk keluarga dan tetangganya. Ada yang membagikan
sisa bekal, ada pula yang membeli oleh-oleh di tengah perjalanan. Juga
tak lupa, oleh-oleh untuk anak kecil yang berupa mainan bangunan, unta,
himar (keledai, red) dan baghal (peranakan himar dan keledai, red) yang
terbuat dari tembikar.
__
sumber: indo.hadhramaut.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar