Dalam sejarah Islam, tanggal 7 Dzulhijjah adalah tanggal wafatnya Khalifah Muslim yang ke-5, yakni Imam Muhammad al-Baqir, putra Imam Ali Zainal Abidin, putra Husain bin Ali bin Abi Thalib. Seperti kita tahu, Imam Ali al-Murtadha adalah suami Sayidah Fathimah az-Zahra binti Nabi saw. Banyak petuah dari Imam al-Baqir yang disampaikan kepada para pengikut dan pecintanya yang bisa menjadi bahan koreksi-diri kepada kaum Muslim sejauhmana mereka mencintai dan mengikuti jejak langkah Nabi dan keluarganya. Berikut sebagian petikan nasehat beliau.
1. “Bertakwalah kepada Allah Swt. Pengikut kami adalah orang-orang yang bertakwa kepada Allah dan memberikan ketaatan kepada-Nya.” (Al-Kâfî 2:74)
2. “Jangan kalian mengambil sembarang pendapat. Demi Allah, pengikut kami adalah orang yang taat kepada Allah Swt.” (Al-Kâfî 2:73)
Imam menjelaskan tentang ciri-ciri orang Syi’ah kepada sekelompok murid-muridnya dilihat dari hubungan di antara mereka sendiri dan dengan orang lain.
1. “Para pengikut Ali adalah mereka yang saling menyayangi, yang mencintai kami dan yang berjuang untuk menghidupkan ajaran-ajaran kami. Apabila tersinggung, mereka tidak melampiaskan amarahnya. Bila merasa senang atas sesuatu, mereka tidak melampaui batas. Mereka selalu membawa keberkatan bagi manusia di sekitarnya dan membawa keselamatan bagi yang bergaul dengan mereka.” (Tuhaful Uqûl: 220)
2. ”Pengikut Ali adalah manusia yang suaranya tidak melampaui pendengarannya. Tidak menempatkan kami secara ekstrem dan tidak berusaha menentang kami serta tidak duduk bersama kami untuk mencari aib-aib kami.” (Bihârul Anwâr 65:167)
3. “Pengikut Ali adalah kaum yang sabar, kaum yang berilmu, yang kering bibirnya dan wajahnya dikenali karena kezuhudannya.”
4. “Orang-orang mukmin adalah mereka yang jika merasa senang, maka kesenangannya tidak menyeretnya kepada perbuatan dosa dan sia-sia. Bila marah, maka kemarahannya tidak membuatnya melontarkan kata-kata yang tidak benar. Jika memiliki kekuasaan tidak menyeretnya untuk melanggar yang bukan haknya.”
5. “Hai Jabir! Ketahuilah bahwa engkau belum menjadi wali kecuali ketika orang-orag yang sezaman denganmu mengatakan bahwa kamu manusia yang buruk, namun kata-kata itu tidak membuatmu sedih. Jika mereka mengatakan bahwa kamu adalah orang yang baik maka hal itu pun tidak membuatmu berbangga diri! Yang harus engkau lakukan adalah melakukan introspeksi dengan al-Quran. Jika kamu memang menempuh jalan zuhud seperti yang dianjurkannya dan mengharapkan sesuatu sesuai dengan kabar gembira darinya dan mereka terancam dengan ancamannya, maka engkau berarti manusia yang teguh dan layak bergembira, karena tidak ada kata-kata apapun yang akan merugikanmu. Tetapi jika engkau melawan al-Quran, maka siapapun tidak bisa lagi menipu dirimu (karena terlalu sesatnya-penerj).”
(Sumber: Seri Teladan Abadi: Imam Muhammad Baqir, Al-Huda)
1. “Bertakwalah kepada Allah Swt. Pengikut kami adalah orang-orang yang bertakwa kepada Allah dan memberikan ketaatan kepada-Nya.” (Al-Kâfî 2:74)
2. “Jangan kalian mengambil sembarang pendapat. Demi Allah, pengikut kami adalah orang yang taat kepada Allah Swt.” (Al-Kâfî 2:73)
Imam menjelaskan tentang ciri-ciri orang Syi’ah kepada sekelompok murid-muridnya dilihat dari hubungan di antara mereka sendiri dan dengan orang lain.
1. “Para pengikut Ali adalah mereka yang saling menyayangi, yang mencintai kami dan yang berjuang untuk menghidupkan ajaran-ajaran kami. Apabila tersinggung, mereka tidak melampiaskan amarahnya. Bila merasa senang atas sesuatu, mereka tidak melampaui batas. Mereka selalu membawa keberkatan bagi manusia di sekitarnya dan membawa keselamatan bagi yang bergaul dengan mereka.” (Tuhaful Uqûl: 220)
2. ”Pengikut Ali adalah manusia yang suaranya tidak melampaui pendengarannya. Tidak menempatkan kami secara ekstrem dan tidak berusaha menentang kami serta tidak duduk bersama kami untuk mencari aib-aib kami.” (Bihârul Anwâr 65:167)
3. “Pengikut Ali adalah kaum yang sabar, kaum yang berilmu, yang kering bibirnya dan wajahnya dikenali karena kezuhudannya.”
4. “Orang-orang mukmin adalah mereka yang jika merasa senang, maka kesenangannya tidak menyeretnya kepada perbuatan dosa dan sia-sia. Bila marah, maka kemarahannya tidak membuatnya melontarkan kata-kata yang tidak benar. Jika memiliki kekuasaan tidak menyeretnya untuk melanggar yang bukan haknya.”
5. “Hai Jabir! Ketahuilah bahwa engkau belum menjadi wali kecuali ketika orang-orag yang sezaman denganmu mengatakan bahwa kamu manusia yang buruk, namun kata-kata itu tidak membuatmu sedih. Jika mereka mengatakan bahwa kamu adalah orang yang baik maka hal itu pun tidak membuatmu berbangga diri! Yang harus engkau lakukan adalah melakukan introspeksi dengan al-Quran. Jika kamu memang menempuh jalan zuhud seperti yang dianjurkannya dan mengharapkan sesuatu sesuai dengan kabar gembira darinya dan mereka terancam dengan ancamannya, maka engkau berarti manusia yang teguh dan layak bergembira, karena tidak ada kata-kata apapun yang akan merugikanmu. Tetapi jika engkau melawan al-Quran, maka siapapun tidak bisa lagi menipu dirimu (karena terlalu sesatnya-penerj).”
(Sumber: Seri Teladan Abadi: Imam Muhammad Baqir, Al-Huda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar