AD-DIBA’I Satu karya maulid yang masyhur
dalam dunia Islam ialah maulid yang dikarang oleh seorang ulama besar
dan ahli hadits yaitu Imam Wajihuddin ‘Abdur Rahman bin Muhammad bin
‘Umar bin ‘Ali bin Yusuf bin Ahmad bin ‘Umar ad-Diba’ie asy-Syaibani
Al-Yamani Az-Zabidi Asy-Syafi’i.
Beliau dilahirkan pada 4 Muharram tahun
866H dan wafat hari Jumat 12 Rajab tahun 944H. Beliau adalah seorang
ulama hadits yang terkenal dan tiada bandingnya pada masa hayatnya.
Beliau mengajar kitab Shohih Imam al-Bukhari lebih dari 100 kali khatam.
Beliau mencapai derajat Hafidz dalam ilmu hadits yaitu seorang yang
menghafal 100,000 hadits dengan sanadnya. Setiap hari beliau akan
mengajar hadits dari masjid ke masjid.
Di antara guru-gurunya ialah Imam
al-Hafiz as-Sakhawi, Imam Ibnu Ziyad, Imam Jamaluddin Muhammad bin
Ismail, mufti Zabid, Imam al-Hafiz Tahir bin Husain al-Ahdal dan banyak
lagi. Selain daripada itu, beliau juga seorang muarrikh, yakni ahli
sejarah, yang terbilang.
Beliau dilahirkan di kota Zabid (Zabid
(salah satu kota di Yaman Utara) pada sore hari Kamis 4 Muharram 866 H.)
Kota ini sudah dikenal sejak masa hidupnya Nabi Muhammad SAW., tepatnya
pada tahun ke 8 Hijriyah. Dimana saat itu datanglah rombongan suku
Asy’ariah (diantaranya adalah Abu Musa Al-Asy’ari) yang berasal dari
Zabid ke Madinah Al-Munawwaroh untuk memeluk agama Islam dan mempelajari
ajaran-ajarannya. Karena begitu senangnya atas kedatangan mereka Nabi
Muhammad SAW. berdoa memohon semoga Allah SWT memberkahi kota Zabid dan
Nabi mengulangi doanya sampai tiga kali (HR. Al-Baihaqi). Dan berkat
barokah doa Nabi, hingga saat ini, nuansa tradisi keilmuan di Zabid
masih bisa dirasakan. Hal ini karena generasi ulama di kota ini sangat
gigih menjaga tradisi khazanah keilmuan islam.
Beliau diasuh oleh kakek dari ibunya yang
bernama Syekh Syarafuddin bin Muhammad Mubariz yang juga seorang ulama
besar yang tersohor di kota Zabid saat itu, hal itu dikarenakan sewaktu
beliau lahir, ayahnya sedang bepergian, setelah beberapa tahun kemudian
baru terdengar kabar, bahwa ayahnya meninggal didaratan India. Dengan
bimbingan sang kakek dan para ulama kota Zabid, ad-Diba’i tumbuh dewasa
serta dibekali berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Diantara ilmu yang
dipelajari beliau adalah: ilmu Qiroat dengan mengaji Nadzom (bait)
Syatibiyah dan juga mempelajari Ilmu Bahasa (gramatika), Matematika,
Faroidl, Fikih.
Pada tahun 885 H. beliau berangkat ke
Makkah untuk menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya. Sepulang dari
Makkah Ibn Diba’ kembali lagi ke Zabid. Beliau mengkaji ilmu Hadis
dengan membaca Shohih Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Al-Muwattho` dibawah
bimbingan syekh Zainuddin Ahmad bin Ahmad As-Syarjiy. Ditengah-tengah
sibuknya belajar hadis, Ibn Diba’ menyempatkan diri untuk mengarang
kitab Ghoyatul Mathlub yang membahas tentang kiat-kiat bagi umat muslim
agar mendapat ampunan dari Allah SWT.
Ibn Diba’ mempunyai kebiasaan untuk
membaca surat Al-fatihah dan menganjurkan kepada murid-murid dan orang
sekitarnya untuk sering membaca surat Al-fatihah. Sehingga setiap orang
yang datang menemui beliau harus membaca Fatihah sebelum mereka pulang.
Hal ini tidak lain karena beliau pernah mendengar salah seorang gurunya
pernah bermimpi bahwa hari kiamat telah datang lalu dia mendengar suara “
wahai orang Yaman masuklah ke surga Allah” lalu orang –orang bertanya
“kenapa orang-orang Yaman bisa masuk surga ?” kemudian dijawab, karena
mereka sering membaca surat Al-fatihah.
Karya ad-diba’i
Ibn Diba’ termasuk ulama yang produktif
dalam menulis. Hal ini terbukti beliau mempunyai banyak karangan baik
dibidang hadis ataupun sejarah. Karyanya yang paling dikenal adalah
syair-syair sanjungan (madah) atas Nabi Muhammad SAW. yang terkenal
dengan sebutan Maulid Diba’i, Diantara buah karyanya yang lain: Qurrotul
‘Uyun yang membahas tentang seputar Yaman, kitab Mi`roj, Taisiirul
Usul, Bughyatul Mustafid dan beberapa bait syair. Beliau mengabdikan
dirinya hinga akhir hayatnya sebagai pengajar dan pengarang kitab. Ibn
Diba’I wafat di kota Zabid pada pagi hari Jumat tanggal 26 Rojab 944 H.
Robbi fanfa’naa bibarkatihim wahdinal husnaa bihurmatihim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar