TENTANG KAMI
WAWASAN TEATER ESKA
Sekumpulan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan renungan calon anggota untuk memutuskan menjadi anggota teater Eska atau sekedar mengikuti workshop (atau menjadi pendukung, penggembira dan penonton) teater eska.
Bahan pemikiran yang dapat digunakan oleh pengurus/ anggota Teater eska untuk memahami, merancang, mengevaluasi serta melaksanakan dan mengembangkan wacana, tradisi, konvensi dan praktek-praktek kesenian yang telah disepakati bersama melalui media organisasi (tertulis) maupun melalui media diskusi/komunikasi (tidak tertulis).
Sekumpulan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan renungan calon anggota untuk memutuskan menjadi anggota teater Eska atau sekedar mengikuti workshop (atau menjadi pendukung, penggembira dan penonton) teater eska.
Bahan pemikiran yang dapat digunakan oleh pengurus/ anggota Teater eska untuk memahami, merancang, mengevaluasi serta melaksanakan dan mengembangkan wacana, tradisi, konvensi dan praktek-praktek kesenian yang telah disepakati bersama melalui media organisasi (tertulis) maupun melalui media diskusi/komunikasi (tidak tertulis).
LEMBAGA TEATER ESKA
ESKA merupakan akronim fonologis dari Sunan Kalijaga. Jadi penyebutan Teater Eska sama artinya dengan mengucapkan Teater Sunan Kalijaga.
LAMBANG teater eska yang dipakai saat ini, telah mengalami 3 kali perubahan. Pertama: gambar kubah di atas telapak tangan. Kedua, gambar segitiga bertingkat tiga dalam separuh lingkaran. Ketiga, gambar segitiga bertingkat tiga dengan ornamen dalam separuh lingkaran.
LAMBANG ESKA dapat dijelaskan sbb; Garis separuh lingkaran (berbentuk mihrab) bermakna ruang panggung, sekaligus menjadi batas paradigmatik yang merujuk pada prinsip-prinsip budaya Islam. Gambar segitiga bertingkat tiga menggambarkan landasan penciptaan (proses kreasi) dan bentuk perwujudan (proses ekspresi) seni. Sebagai landasan penciptaan seni, gambar termaksud menunjukkan secara tekstual pada konsepsi Iman, Islam dan Ikhsan. Sebagai bentuk perwujudan seni, gambar termaksud menunjukkan secara kontekstual pada realitas obyektif (empiris), realitas subyektif (abstrak) dan realitas estetis (simbolis). Sedangkan ornamen-ornamen sudut merupakan proses integral untuk mencapai bentuk dan komunikasi seni yang bersifat transendental.
Lambang teater eska berwarana hitam-putih atau gelap-terang.
LEMBAGA teater eska merupakan lembaga yang berdomisili di dalam kampus IAIN yang bersifat independen dan tidak terikat oleh kebijaksanaan kampus (tri dharma perguruan tinggi serta visi dan misi IAIN) maupun program-program kegiatan organisasi ekstra dan intra kampus.
ESKA merupakan akronim fonologis dari Sunan Kalijaga. Jadi penyebutan Teater Eska sama artinya dengan mengucapkan Teater Sunan Kalijaga.
LAMBANG teater eska yang dipakai saat ini, telah mengalami 3 kali perubahan. Pertama: gambar kubah di atas telapak tangan. Kedua, gambar segitiga bertingkat tiga dalam separuh lingkaran. Ketiga, gambar segitiga bertingkat tiga dengan ornamen dalam separuh lingkaran.
LAMBANG ESKA dapat dijelaskan sbb; Garis separuh lingkaran (berbentuk mihrab) bermakna ruang panggung, sekaligus menjadi batas paradigmatik yang merujuk pada prinsip-prinsip budaya Islam. Gambar segitiga bertingkat tiga menggambarkan landasan penciptaan (proses kreasi) dan bentuk perwujudan (proses ekspresi) seni. Sebagai landasan penciptaan seni, gambar termaksud menunjukkan secara tekstual pada konsepsi Iman, Islam dan Ikhsan. Sebagai bentuk perwujudan seni, gambar termaksud menunjukkan secara kontekstual pada realitas obyektif (empiris), realitas subyektif (abstrak) dan realitas estetis (simbolis). Sedangkan ornamen-ornamen sudut merupakan proses integral untuk mencapai bentuk dan komunikasi seni yang bersifat transendental.
Lambang teater eska berwarana hitam-putih atau gelap-terang.
LEMBAGA teater eska merupakan lembaga yang berdomisili di dalam kampus IAIN yang bersifat independen dan tidak terikat oleh kebijaksanaan kampus (tri dharma perguruan tinggi serta visi dan misi IAIN) maupun program-program kegiatan organisasi ekstra dan intra kampus.
SEJARAH TEATER ESKA
Teater eska merupakan kelanjutan dari Kelompok Seni Ushuluddin (yang dimotori oleh Babe Rahmatullah, Dedi Hilman Harun, Sholihin Watimena, Fahruddin Pasya dll).
Pada tahun 1980, kelompok seni ushuluddin bergabung dengan Khusnul Muharrom (Cak Ayom, Fak Adab), Sunu Andi Purwanto (Sunu AP, Fak Tarbiyah), Sumanto (Fak. Ushuluddin), As’ad Abu Hasan (Fak. Syariah) dll. membubarkan KSU dan mendirikan lembaga seni institut dengan nama TATER ESKA. Pendirian teater Eska ini ditandai dengan pentas drama “Kesadaran Yang Kembali” pada 18 Oktober 1980. Pendirian teater eska ini juga didukung oleh dosen muda (pada waktu itu) seperti Bahrum Bunyamin, Taufik A Dardiri, dan dosen senior sepeti Muin Umar dan Zaini Dahlan dll.
Sebagai lembaga kesenian tingkat institut, teater eska berusaha keras (melakukan perlawanan, karena banyak dosen dan birokrat yang tidak setuju) untuk diakui sebagai lembaga formal di lingkungan kampus. Kemudian turunlah SK Rektor th 1982, bahwa teater eska merupakan lembaga kesenian istitut yang berafiliasi dengan lembaga P3M (Pusat Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat).
Pada 1989-1990-an, terjadi perombakan Senat Mahasiswa di perguruan tinggi, sebagai dampaknya (dengan berbagai pertimbangan organisatoris) teater Eska menerima/menyetujui SK Rektor baru yang menunjuk lembaga teater Eska sebagai UKM.
Meski secara administratif ditunjuk sebagai UKM, teater eska tetap bersikap independen dan tidak terikat dengan kebijakan Dewan/Senat mahasiswa maupun kebijakan kampus.
Teater eska merupakan kelanjutan dari Kelompok Seni Ushuluddin (yang dimotori oleh Babe Rahmatullah, Dedi Hilman Harun, Sholihin Watimena, Fahruddin Pasya dll).
Pada tahun 1980, kelompok seni ushuluddin bergabung dengan Khusnul Muharrom (Cak Ayom, Fak Adab), Sunu Andi Purwanto (Sunu AP, Fak Tarbiyah), Sumanto (Fak. Ushuluddin), As’ad Abu Hasan (Fak. Syariah) dll. membubarkan KSU dan mendirikan lembaga seni institut dengan nama TATER ESKA. Pendirian teater Eska ini ditandai dengan pentas drama “Kesadaran Yang Kembali” pada 18 Oktober 1980. Pendirian teater eska ini juga didukung oleh dosen muda (pada waktu itu) seperti Bahrum Bunyamin, Taufik A Dardiri, dan dosen senior sepeti Muin Umar dan Zaini Dahlan dll.
Sebagai lembaga kesenian tingkat institut, teater eska berusaha keras (melakukan perlawanan, karena banyak dosen dan birokrat yang tidak setuju) untuk diakui sebagai lembaga formal di lingkungan kampus. Kemudian turunlah SK Rektor th 1982, bahwa teater eska merupakan lembaga kesenian istitut yang berafiliasi dengan lembaga P3M (Pusat Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat).
Pada 1989-1990-an, terjadi perombakan Senat Mahasiswa di perguruan tinggi, sebagai dampaknya (dengan berbagai pertimbangan organisatoris) teater Eska menerima/menyetujui SK Rektor baru yang menunjuk lembaga teater Eska sebagai UKM.
Meski secara administratif ditunjuk sebagai UKM, teater eska tetap bersikap independen dan tidak terikat dengan kebijakan Dewan/Senat mahasiswa maupun kebijakan kampus.
TEATER ESKA DAN KEGIATAN SENI DI IAIN
Lahirnya teater eska secara tidak langsung juga didorong oleh berbagai bentuk pemikiran dan kegiatan seni di IAIN yang telah berlangsung sebelum maupun sesudahnya. Antara lain oleh adanya berbagai kelompok/seniman yang melakukan pementasan seni (musik, sastra dan teater) di kampus IAIN pada tahun 70-an, seperti Pembacaan puisi Umbu Landu Paranggi; Rendra; Badjuri Abdullah Yusro; serta seniman IAIN seperti Masbuchin, Subah Asa; Faisal Ismail; Daelan M Danuri dll.
Dalam konteks pemikiran, dapat juga disebutkan antara lain oleh pernyataan Mukti Ali bahwa selayaknya IAIN menjadi pusat kebudayaan Islam; Diskusi pada akhir 70-an yang dilaksanakan oleh P3M yang membahas tentang “Seni sebagai media penghayatan agama”. Disamping itu, juga diselenggarakanya ceramah apresiasi seni dalam ospek, dan kuliah yang sama di Fakultas tarbiyah oleh tokoh seniman Yogya seperti Pedro Sudjono, Azwar AN dan Amri Yahya. Dan tentu juga oleh adanya Kelompok Gambus Al-Jamiah (sekarang jadi group dangdut).
Dalam bidang sastra, dorongan itu lahir dari Majalah Arena, yang pada akhir 70 sampai awal 80-an telah dianggap sebagai media sastra yang representatif, bahkan juga menerbitkan beberapa antologi puisi. Yang kemudian melahirkan sastrawan kampus seperti Thoha Masruh Abdillah, Matzani Anwar, Andi Muarly Sunrawa, Bahrum Bunyamin, Salim Belapilli, Jujuk Juwariyah, Arifin Junaidi dll.
Pada pertengahan 80-an, eksistensi teater eska juga disemangati oleh berdirinya Kelompok Sastra Syauqy (Fak Adab) yang dimotori oleh Kelik Nugroho, Syamsuri Ali Handrian dan Juftazani. Dan pada 90-an lahir juga Kelompok teater cordova (Fak Dakwah), Sanggar Nuun (Fak Adab), Teater Bumi (Kelompok demokrasi kampus), PSM, Al Mizan dll.
Lahirnya teater eska secara tidak langsung juga didorong oleh berbagai bentuk pemikiran dan kegiatan seni di IAIN yang telah berlangsung sebelum maupun sesudahnya. Antara lain oleh adanya berbagai kelompok/seniman yang melakukan pementasan seni (musik, sastra dan teater) di kampus IAIN pada tahun 70-an, seperti Pembacaan puisi Umbu Landu Paranggi; Rendra; Badjuri Abdullah Yusro; serta seniman IAIN seperti Masbuchin, Subah Asa; Faisal Ismail; Daelan M Danuri dll.
Dalam konteks pemikiran, dapat juga disebutkan antara lain oleh pernyataan Mukti Ali bahwa selayaknya IAIN menjadi pusat kebudayaan Islam; Diskusi pada akhir 70-an yang dilaksanakan oleh P3M yang membahas tentang “Seni sebagai media penghayatan agama”. Disamping itu, juga diselenggarakanya ceramah apresiasi seni dalam ospek, dan kuliah yang sama di Fakultas tarbiyah oleh tokoh seniman Yogya seperti Pedro Sudjono, Azwar AN dan Amri Yahya. Dan tentu juga oleh adanya Kelompok Gambus Al-Jamiah (sekarang jadi group dangdut).
Dalam bidang sastra, dorongan itu lahir dari Majalah Arena, yang pada akhir 70 sampai awal 80-an telah dianggap sebagai media sastra yang representatif, bahkan juga menerbitkan beberapa antologi puisi. Yang kemudian melahirkan sastrawan kampus seperti Thoha Masruh Abdillah, Matzani Anwar, Andi Muarly Sunrawa, Bahrum Bunyamin, Salim Belapilli, Jujuk Juwariyah, Arifin Junaidi dll.
Pada pertengahan 80-an, eksistensi teater eska juga disemangati oleh berdirinya Kelompok Sastra Syauqy (Fak Adab) yang dimotori oleh Kelik Nugroho, Syamsuri Ali Handrian dan Juftazani. Dan pada 90-an lahir juga Kelompok teater cordova (Fak Dakwah), Sanggar Nuun (Fak Adab), Teater Bumi (Kelompok demokrasi kampus), PSM, Al Mizan dll.
TEATER ESKA DAN TEATER KAMPUS
Dalam perkembanganya sampai kini, lembaga teater yang berdomisili dalam kampus memiliki 3 model, yaitu sebagai lembaga politik (wacana kritik dan perlawanan), lembaga kesenian (wacana popular dan hiburan) dan lembaga kreatifitas (wacana apresiasi dan penciptaan). Teater Eska telah menentukan pilihanya sebagai LEMBAGA KREATIFITAS.
Sebagai lembaga kreatifitas, teater eska memiliki departemen (konsentasi kegiatan) dalam bidang apresiasi dan penciptaan teater, sastra, musik dan tari (pantomim). Dalam perkembanganya, sejak 87, bidang tari dan pantomim ditinggalkan.
Teater eska bukan lembaga untuk mencetak seniman, tetapi sebagai lembaga yang memiliki konsistensi untuk melakukan apresiasi seni, sekaligus juga mendorong/ memberi motivasi anggota secara progresif untuk melakukan proses kreatif dalam bidang seni.
Dalam perkembanganya sampai kini, lembaga teater yang berdomisili dalam kampus memiliki 3 model, yaitu sebagai lembaga politik (wacana kritik dan perlawanan), lembaga kesenian (wacana popular dan hiburan) dan lembaga kreatifitas (wacana apresiasi dan penciptaan). Teater Eska telah menentukan pilihanya sebagai LEMBAGA KREATIFITAS.
Sebagai lembaga kreatifitas, teater eska memiliki departemen (konsentasi kegiatan) dalam bidang apresiasi dan penciptaan teater, sastra, musik dan tari (pantomim). Dalam perkembanganya, sejak 87, bidang tari dan pantomim ditinggalkan.
Teater eska bukan lembaga untuk mencetak seniman, tetapi sebagai lembaga yang memiliki konsistensi untuk melakukan apresiasi seni, sekaligus juga mendorong/ memberi motivasi anggota secara progresif untuk melakukan proses kreatif dalam bidang seni.
TEATER ESKA DAN TEATER UMUM
Dalam konteks seni pada umumnya, bentuk teater dapat dirujuk ke dalam 2 kecenderungan, yakni teater tradisi (bentuk teater lokal) dan teater modern (bentuk teater yang berkembang di dunia). Bentuk teater modern memiliki 2 kecenderungan; teater sekuler (membebaskan diri dari wacana keagamaan) dan teater relegius (menjadikan wacana keagamaan sebagai landasan penciptaan). Teater eska telah menempatkan diri dalam konteks teater relegius (teater Islam).
Secara umum, praktek-praktek teater islam memiliki 2 kecenderungan; yaitu teater Islam realis (mengekspesikan realitas emperik/objektif), dan teater Islam non-realis (mengekspresikan realitas abstrak/subjektif). Teater Eska telah memilih model yang kedua (teater non-realis).
Dalam konteks seni pada umumnya, bentuk teater dapat dirujuk ke dalam 2 kecenderungan, yakni teater tradisi (bentuk teater lokal) dan teater modern (bentuk teater yang berkembang di dunia). Bentuk teater modern memiliki 2 kecenderungan; teater sekuler (membebaskan diri dari wacana keagamaan) dan teater relegius (menjadikan wacana keagamaan sebagai landasan penciptaan). Teater eska telah menempatkan diri dalam konteks teater relegius (teater Islam).
Secara umum, praktek-praktek teater islam memiliki 2 kecenderungan; yaitu teater Islam realis (mengekspesikan realitas emperik/objektif), dan teater Islam non-realis (mengekspresikan realitas abstrak/subjektif). Teater Eska telah memilih model yang kedua (teater non-realis).
ORIENTASI (VISI DAN MISI) TEATER ESKA
- Sesuai dengan pemikiran dan praktek yang dijalankan selama ini, teater eska telah mengembangkan orientasinya secara eksplisit sebagai berikut:
Sebagai media kritik internal kampus.
Sebagai media dakwah
Sebagai lembaga seni hikmah
Sebagai lembaga seni profetik
Orientasi, visi dan misi teater eska dalam kemungkinan yang terakhir itu, dapat dinyatakan secara redaksional sbb: (orientasi: humanisasi) Menggali dan mewujudkan seni Islam secara progresif. Memberikan alternatif bentuk kesenian (teater, sastra dan musik) di tengah masyarakat. (visi: liberasi) Membebaskan umat dari berbagai bentuk penindasan fisikal maupun metafisikal. (misi: transendensi) Mendampingi, mendorong, meningkatkan kualitas pemikiran dan penghayatan spiritualitas umat dalam beragama dan berbudaya.
- Sesuai dengan pemikiran dan praktek yang dijalankan selama ini, teater eska telah mengembangkan orientasinya secara eksplisit sebagai berikut:
Sebagai media kritik internal kampus.
Sebagai media dakwah
Sebagai lembaga seni hikmah
Sebagai lembaga seni profetik
Orientasi, visi dan misi teater eska dalam kemungkinan yang terakhir itu, dapat dinyatakan secara redaksional sbb: (orientasi: humanisasi) Menggali dan mewujudkan seni Islam secara progresif. Memberikan alternatif bentuk kesenian (teater, sastra dan musik) di tengah masyarakat. (visi: liberasi) Membebaskan umat dari berbagai bentuk penindasan fisikal maupun metafisikal. (misi: transendensi) Mendampingi, mendorong, meningkatkan kualitas pemikiran dan penghayatan spiritualitas umat dalam beragama dan berbudaya.
AKTIVITAS TEATER ESKA
Aktivitas atau kegiatan teater eska secara umum dapat dikelompokkan ke dalam bentuk; aksi seni (performance action), aksi wacana (appreciation action). aksi budaya (cultural action),
Aksi seni menunjuk pada berbagai bentuk pementasan yang telah diprogramkan. Bentuk pementasan ini dapat dikelompokkan menjadi:
Pentas produksi (27 pementasan)
Pentas musik (10 pementasan)
Pentas sastra / tadarrus puisi (11 pementasan)
Pentas studi (20 pementasan)
Pentas ulang tahun (5 pementasan)
Pentas kolaborasi/pentas bersama (15 pementasan)
Aksi wacana menunjuk pada berbagai bentuk kegiatan yang telah diprogram maupun yang bersifat temporal untuk meningkatkan kualitas pemikiran dan apresiasi seni anggota teater eska; seperti mengikuti pertemuan teater kampus maupun non kampus, diskusi seni; pesantren seni; bedah buku; penerbitan buku antologi; menulis di koran; mengundang teater kampus Yogya (27 teater) dan membentuk FKPTK (Forum komunikasi dan pengembangan teater kampus, pada tahun 95) dll.
Aksi budaya menunjuk pada keterlibatan teater eska dalam kegiatan-kegiatan seni-budaya di tengah masayarakat yang bersifat temporal, seperti; baca puisi bebas; pentas dalam rangka mengisi acara yang dilaksanakan oleh Eska sendiri, atau lembaga lain baik dipesan atau dengan sukarela; menjadi panitia kegiatan festival seni, menerima tamu/ menjadi panitia pementasan kelompok teater/ seni di IAIN atau ditempat lain dsb; menjadi pendamping kegiatan seni; menjadi juri lomba, panitia ospek dll; pentas pendek di hadapan mahasiswa baru; happening art dll.
Aktivitas atau kegiatan teater eska secara umum dapat dikelompokkan ke dalam bentuk; aksi seni (performance action), aksi wacana (appreciation action). aksi budaya (cultural action),
Aksi seni menunjuk pada berbagai bentuk pementasan yang telah diprogramkan. Bentuk pementasan ini dapat dikelompokkan menjadi:
Pentas produksi (27 pementasan)
Pentas musik (10 pementasan)
Pentas sastra / tadarrus puisi (11 pementasan)
Pentas studi (20 pementasan)
Pentas ulang tahun (5 pementasan)
Pentas kolaborasi/pentas bersama (15 pementasan)
Aksi wacana menunjuk pada berbagai bentuk kegiatan yang telah diprogram maupun yang bersifat temporal untuk meningkatkan kualitas pemikiran dan apresiasi seni anggota teater eska; seperti mengikuti pertemuan teater kampus maupun non kampus, diskusi seni; pesantren seni; bedah buku; penerbitan buku antologi; menulis di koran; mengundang teater kampus Yogya (27 teater) dan membentuk FKPTK (Forum komunikasi dan pengembangan teater kampus, pada tahun 95) dll.
Aksi budaya menunjuk pada keterlibatan teater eska dalam kegiatan-kegiatan seni-budaya di tengah masayarakat yang bersifat temporal, seperti; baca puisi bebas; pentas dalam rangka mengisi acara yang dilaksanakan oleh Eska sendiri, atau lembaga lain baik dipesan atau dengan sukarela; menjadi panitia kegiatan festival seni, menerima tamu/ menjadi panitia pementasan kelompok teater/ seni di IAIN atau ditempat lain dsb; menjadi pendamping kegiatan seni; menjadi juri lomba, panitia ospek dll; pentas pendek di hadapan mahasiswa baru; happening art dll.
KOMUNITAS TEATER ESKA
Sebagai lembaga teater yang bermarkas dalam kampus, teater eska telah dianggap oleh sebagaian masyarakat seni Yogya sebagai kelompok teater yang unik. Yang kemudian melahirkan konotasi lingkaran budaya yang disebut komunitas eska. Keunikan komunitas eska ini antara lain disebabkan oleh;
Adanya kegiatan seni (proses kreatif) yang secara terus menerus dilakukan sejak teater eska didirikan.
Adanya individu/seniman yang dengan sukarela melibatkan secara langsung dalam berbagai kegiatan eska tanpa terdaftar sebagai anggota, seperti Iman Budi Santoso (penyair), Kenyut Kubro (musikus), Syam Candra (penyair), Taufan Hidayat (penulis), Tomi Faisal Alim (perupa), Henk-henk hendriyanto (film), Nurul Muslimin (Managerial), Eko Budiantara (sutradara teater) dll.
Adanya beberapa penghargaan dalam bidang teater (aktris terbaik), penulisan ( naskah drama terbaik), musik (group musik terbaik, eska rock band), serta ditunjuk untuk mewakili pementasan teater dan sastra dalam Festival Kesenian Yogya (5 kali), mendapat bantuan pembinaan dari Taman Budaya Yogya, serta Penghargaan Seni dari Pemerintah DIY (Abidah El Khalieqy).
Lahirnya individu dari anggota maupun komunitas eska yang kemudian disebut sebagai sastrawan/seniman (nasional/regional) atau penulis esei dan buku seperti; Abidah El Khalieqy, Hamdy Salad, Ahmad Syubbanuddin Alwy, Adi wicaksono, Mathori A Elwa, Ulfatin Ch, Otto Sukatno CR, Joni Ariadinata, Juftazani, Zaenal Arifin Thoha, Kuswaidy Syafii, Agus Fahri Husein, Faizi El-Kaelani, Edy Sutrimo, Aning Ayu Kusuma, Marhalim Zaini, Bustan Basyir, Asriyah (pengarang, cerpenis, penyair, novelis, juga aktor dan pembaca puisi), Wahyudin, Darwin Putu Arta, Agus Muhammad, Paox Ibnu Wibowo, Darmo Budi Darmawan (penulis esei), Besut Sibaweh, Gutheng, Alif Vidiyanto, Rizal Marwoto (bidang film) dll.
Disamping juga adanya alumni anggota/komunitas eska yang menekuni bidang jurnalistik seperti Babe Rahmatullah (Majalah Editor), Suni AP (TPI), Afnan Malay (AJI), Ismet NM Haris (Garda dan Merapi), Remo Karsono (pernah jadi anggota PWI), Sumanto (Warta ABRI dan KR), Cholis Rowiyan (Eksponen dan Kharisma), As’ad Abu Hasan (Kiblat), Slamet Mulyadi (PRSNI), Milhan (Banjarmasin post) dll.
Adanya kunjungan/hampiran para seniman, sastrawan/kritikus sastra ke sanggar eska seperti Suminto A Sayuti, Faruk, Acep Zamzam Nor, Soni Farid Maulana, Sitok Srengenge, Eddy A Effendy, Beni R Budiman, Isa Perkasa dll.
Adanya kegiatan seni yang dihadiri/melibatkan/menghadirkan berbagai seniman besar seperti Taufik Ismail, Emha Ainun, Arifin C Noor, Suyatna Anirun, Zawawi Imron, Djamal Tukimun dan Mohammad Buang (Singapura) dll.
Adanya beberapa skripsi (8 buah) yang menulis/meneliti kegiatan dan pementasan teater Eska.
Adanya suatu periode (dari th 86- awal 90-an) yang disemarakkan oleh berbagai kegiatan proses kreatif sastra yang melibatkan sastrawan-sastrawan jogja dalam periode itu secara terus menerus (sehingga melahirkan sebutan kelompok sastra IAIN).
Adanya beberapa alumni teater eska yang sekolah/melawat ke luar negeri, atau menjadi dosen seperti Yudian Wahyudi, Labibah Yahya, Ali D Musrifa, Eni Ruhaini (Canada), Zahra Harahap (Virginia), Abidah El Khalieqy (Philipina), Hamdy Salad (Singapura dan Malaysia), Ahmad Syubbanuddin Alwy (Malaysia), Afna Malay (thailand&Timor Leste) Darwin Putu Artha (Hongkong& Bangkok) serta Dedy Hilman Harus (PD Uncok), Aning Ayu Kusuma, Betty Nur Baity (dosen IAIN), Inung (Akprind), Icef Fanny (Direktur PP Darussalam), Salim Bella Philli (IAIN Riau), Awang (UNMUH Mataram), Rosihin Mansyur (UNISMA Malang), Farid Mustofa (Filsafat UGM) dll.
Adanya anggota eska yang merangkap kuliah (disamping IAIN) di universitas lain seperti Kaji Habeeb (Senirupa ISI), Nor Cholis (Teater ISI), Brojol Seno Aji (Musik UNY), dan Titin Kasmilawati, Darmo, Rusmansyah (Uncok), dan Canaka (Akindo), Remo Karsono dan Besut Baweh (Asdrafi) dll.
Keunikan komunitas teater eska ini secara akademik (sosiologis) telah ditulis oleh Salim Belaphilli untuk memenuhi tugas kuliah di Pascasarjana IAIN.
Sebagai lembaga teater yang bermarkas dalam kampus, teater eska telah dianggap oleh sebagaian masyarakat seni Yogya sebagai kelompok teater yang unik. Yang kemudian melahirkan konotasi lingkaran budaya yang disebut komunitas eska. Keunikan komunitas eska ini antara lain disebabkan oleh;
Adanya kegiatan seni (proses kreatif) yang secara terus menerus dilakukan sejak teater eska didirikan.
Adanya individu/seniman yang dengan sukarela melibatkan secara langsung dalam berbagai kegiatan eska tanpa terdaftar sebagai anggota, seperti Iman Budi Santoso (penyair), Kenyut Kubro (musikus), Syam Candra (penyair), Taufan Hidayat (penulis), Tomi Faisal Alim (perupa), Henk-henk hendriyanto (film), Nurul Muslimin (Managerial), Eko Budiantara (sutradara teater) dll.
Adanya beberapa penghargaan dalam bidang teater (aktris terbaik), penulisan ( naskah drama terbaik), musik (group musik terbaik, eska rock band), serta ditunjuk untuk mewakili pementasan teater dan sastra dalam Festival Kesenian Yogya (5 kali), mendapat bantuan pembinaan dari Taman Budaya Yogya, serta Penghargaan Seni dari Pemerintah DIY (Abidah El Khalieqy).
Lahirnya individu dari anggota maupun komunitas eska yang kemudian disebut sebagai sastrawan/seniman (nasional/regional) atau penulis esei dan buku seperti; Abidah El Khalieqy, Hamdy Salad, Ahmad Syubbanuddin Alwy, Adi wicaksono, Mathori A Elwa, Ulfatin Ch, Otto Sukatno CR, Joni Ariadinata, Juftazani, Zaenal Arifin Thoha, Kuswaidy Syafii, Agus Fahri Husein, Faizi El-Kaelani, Edy Sutrimo, Aning Ayu Kusuma, Marhalim Zaini, Bustan Basyir, Asriyah (pengarang, cerpenis, penyair, novelis, juga aktor dan pembaca puisi), Wahyudin, Darwin Putu Arta, Agus Muhammad, Paox Ibnu Wibowo, Darmo Budi Darmawan (penulis esei), Besut Sibaweh, Gutheng, Alif Vidiyanto, Rizal Marwoto (bidang film) dll.
Disamping juga adanya alumni anggota/komunitas eska yang menekuni bidang jurnalistik seperti Babe Rahmatullah (Majalah Editor), Suni AP (TPI), Afnan Malay (AJI), Ismet NM Haris (Garda dan Merapi), Remo Karsono (pernah jadi anggota PWI), Sumanto (Warta ABRI dan KR), Cholis Rowiyan (Eksponen dan Kharisma), As’ad Abu Hasan (Kiblat), Slamet Mulyadi (PRSNI), Milhan (Banjarmasin post) dll.
Adanya kunjungan/hampiran para seniman, sastrawan/kritikus sastra ke sanggar eska seperti Suminto A Sayuti, Faruk, Acep Zamzam Nor, Soni Farid Maulana, Sitok Srengenge, Eddy A Effendy, Beni R Budiman, Isa Perkasa dll.
Adanya kegiatan seni yang dihadiri/melibatkan/menghadirkan berbagai seniman besar seperti Taufik Ismail, Emha Ainun, Arifin C Noor, Suyatna Anirun, Zawawi Imron, Djamal Tukimun dan Mohammad Buang (Singapura) dll.
Adanya beberapa skripsi (8 buah) yang menulis/meneliti kegiatan dan pementasan teater Eska.
Adanya suatu periode (dari th 86- awal 90-an) yang disemarakkan oleh berbagai kegiatan proses kreatif sastra yang melibatkan sastrawan-sastrawan jogja dalam periode itu secara terus menerus (sehingga melahirkan sebutan kelompok sastra IAIN).
Adanya beberapa alumni teater eska yang sekolah/melawat ke luar negeri, atau menjadi dosen seperti Yudian Wahyudi, Labibah Yahya, Ali D Musrifa, Eni Ruhaini (Canada), Zahra Harahap (Virginia), Abidah El Khalieqy (Philipina), Hamdy Salad (Singapura dan Malaysia), Ahmad Syubbanuddin Alwy (Malaysia), Afna Malay (thailand&Timor Leste) Darwin Putu Artha (Hongkong& Bangkok) serta Dedy Hilman Harus (PD Uncok), Aning Ayu Kusuma, Betty Nur Baity (dosen IAIN), Inung (Akprind), Icef Fanny (Direktur PP Darussalam), Salim Bella Philli (IAIN Riau), Awang (UNMUH Mataram), Rosihin Mansyur (UNISMA Malang), Farid Mustofa (Filsafat UGM) dll.
Adanya anggota eska yang merangkap kuliah (disamping IAIN) di universitas lain seperti Kaji Habeeb (Senirupa ISI), Nor Cholis (Teater ISI), Brojol Seno Aji (Musik UNY), dan Titin Kasmilawati, Darmo, Rusmansyah (Uncok), dan Canaka (Akindo), Remo Karsono dan Besut Baweh (Asdrafi) dll.
Keunikan komunitas teater eska ini secara akademik (sosiologis) telah ditulis oleh Salim Belaphilli untuk memenuhi tugas kuliah di Pascasarjana IAIN.
MIMPI-MIMPI TEATER ESKA
Dokumentasi
Mendokumentasikan sejarah dan perkembangan, pemikiran dan kegiatan kesenian teater eska dalam bentuk manuskrip (boklet atau buku kecil), kaset (mengaransemen dan merekam lagu-lagu yang telah diciptakan), compac disk (mengedit dan mentransfer dokumentasi visual yag dimiliki ke dalam bentuk CD) dan album (menata dan menyusun foto-foto kegiatan dalam bentuk album).
Melacak, mendokumentasi, menata dan menyusun berbagai berita, kritik dan tulisan di media massa yang berkaitan dengan Teater Eska.
Melacak, mendokumentasi, menyeleksi, menata dan menyusun berbagai esei, cerpen, puisi, resensi dll) di media massa yang ditulis oleh komunitas/anggota/alumni teater eska.
Membuat perpustakaan kecil yang berisi buku-buku kesenian dan buku-buku yang ditulis oleh anggota/komunitas/alumni teater eska (saat ini ada sekitar 15 buku).
Melacak dan mendokumentasi secara lengkap alumni teater eska.
Dokumentasi
Mendokumentasikan sejarah dan perkembangan, pemikiran dan kegiatan kesenian teater eska dalam bentuk manuskrip (boklet atau buku kecil), kaset (mengaransemen dan merekam lagu-lagu yang telah diciptakan), compac disk (mengedit dan mentransfer dokumentasi visual yag dimiliki ke dalam bentuk CD) dan album (menata dan menyusun foto-foto kegiatan dalam bentuk album).
Melacak, mendokumentasi, menata dan menyusun berbagai berita, kritik dan tulisan di media massa yang berkaitan dengan Teater Eska.
Melacak, mendokumentasi, menyeleksi, menata dan menyusun berbagai esei, cerpen, puisi, resensi dll) di media massa yang ditulis oleh komunitas/anggota/alumni teater eska.
Membuat perpustakaan kecil yang berisi buku-buku kesenian dan buku-buku yang ditulis oleh anggota/komunitas/alumni teater eska (saat ini ada sekitar 15 buku).
Melacak dan mendokumentasi secara lengkap alumni teater eska.
Pementasan
Mengadakan pentas kolosal yang melibatkan berbagai UKM dan civitas akademika IAIN
Pentas musik secara mandiri dalam sebuah produksi.
Pentas teater di GKJ atau TIM
Mengadakan kerjasama seni dan budaya dengan kedutaan besar negara-negara Islam atau negara Asia tenggara.
Mengadakan pentas kolosal yang melibatkan berbagai UKM dan civitas akademika IAIN
Pentas musik secara mandiri dalam sebuah produksi.
Pentas teater di GKJ atau TIM
Mengadakan kerjasama seni dan budaya dengan kedutaan besar negara-negara Islam atau negara Asia tenggara.
Publikasi
Membuat pakem atau platform teater eska secara singkat dan lengkap.
Membuat situs di internet
Mengadakan ulang tahun secara representatif, sekaligus sebagai media silaturrahmi bagi anggota/alumni teater eska (reuni).
- Mendirikan Yayasan seni dan budaya yang bersifat umum.
Membuat pakem atau platform teater eska secara singkat dan lengkap.
Membuat situs di internet
Mengadakan ulang tahun secara representatif, sekaligus sebagai media silaturrahmi bagi anggota/alumni teater eska (reuni).
- Mendirikan Yayasan seni dan budaya yang bersifat umum.
.
@include('http://www.freewebhostingarea.com/ads/ads.php');
Tidak ada komentar:
Posting Komentar